Sinopsis Mahaputra Episode 296

Mahaputra ANTV - Sinopsis Mahaputra Episode 296, Dalam perjalanan pulangnya ke Bijolia, tiba tiba kuda Fatta berhenti begitu melihat Pangeran Pratap ada di depan mereka, Fatta kaget karena bagaimana bisa Pangeran Pratap ada disana sementara tadi Fatta meninggalkan Pangeran Pratap di tengah hutan “Kamu telah sampai disini sebelum aku ? Bahkan aku menggunakan kudaku ?” Pangeran Pratap hanya tersenyum sambil melihat wajah Fatta yg keheranan “Kakiku ini lebih cepat daripada kudamu, teman ,,, mereka membawa aku kesini dgn sangat cepat” Fatta merasa karena Pangeran Pratap bekerja sebagai pengurus kuda istana, makanya dia tahu segalanya dgn baik “Kenapa kamu menghalang halangi jalanku ?” ujar Fatta kesal masih dari atas kudanya, Pangeran Pratap kembali mengulangi permintaannya utk ikut bersama Fatta masuk ke Bijolia “Aku ingin bergabung dgnmu dalam pemborentakan melawan Chittor” Fatta sangat menghargai Pangeran Pratap & dedikasinya “Kamu memang benar benar sangat berbakat, kami orang orang dari Bijolia, hanya memiliki sedikit orang orang yg berbakat seperti kamu, 
Sinopsis Mahaputra Episode 296

Kemudian Fatta menghubungkan dgn sebuah insiden ketika 20 perampok menyerang desanya “Aku telah di pukuli di bagian tulang rusukku lalu aku juga pernah bertarung dgn prajurit Afghanistan & mereka langsung kalah didepanku ! Aku mengucapkan hal ini bukan utk membanggakan diriku sendiri, kenapa kamu tdak belajar beberapa keahlian dari para prajurit di kotamu ? Itu pasti akan sangat baik utk kamu, baru kemudian kamu bisa bertemu dgnku, persiapkan dirimu dgn baik” Pangeran Pratap mencoba menantang Fatta utk mengujinya sekarang juga “Baiklah, jika kamu tdak ingin mengajak aku menjadi bagian dalam groupmu, maka paling tdak ijinkan aku sebagai seorang Rajput utk bertarung dgn Rajput lainnya” ujar Pangeran Pratap sambil mengeluarkan pedang utk Fatta, Fatta benar benar terkesan pada Pangeran Pratap “Aku tdak akan menolak kamu sekarang tapi jangan diambil hati” kemudian Fatta mengambil pedang yg lain utk Pangeran Pratap, namun Pangeran Pratap mengatakan agar Fatta menggunakan kedua pedangnya itu, 

Fatta tertegun & berkata dalam hati “Orang ini sinting ternyata, karena dia telah memilih jalannya sendiri utk bunuh diri !” Pangeran Pratap juga bertanya tanya ketika Fatta mengatakan sesuatu padanya utk memintanya mengambil salah satu pedangnya “Ambilah pedangku ini ! Aku tdak akan menyerang orang yg tdak bersenjata” ujar Fatta sambil mengacungkan pedangnya ke arah Pangeran Pratap, namun tiba tiba Pangeran Pratap mengeluarkan pedangnya dari balik punggungnya, tepat pada saat itu Chakrapani juga sudah sampai disana “Teman, untung kamu datang tepat waktu ! Jangan lupa, nanti kamu bisa membawa temanmu ini ke tabib secepat mungkin karena hal itu sangat diperlukan setelah bertarung dgnku” ujar Fatta sombong, Pangeran Pratap & Chakrapani hanya saling berpandang pandangan “Dhyan Singh (nama samaran Chakrapani) urusi kuda kuda ini dgn baik !” ujar Pangeran Pratap lantang “Nah, lakukan apa yg dia katakan padamu juga !” timpal Fatta dgn gayanya yg sok jagoan, sementara Pangeran Pratap hanya diam saja, sedangkan Chakrapani hanya tersenyum & berlagak seperti orang bodoh menyetujui perintah Fatta, tak lama kemudian Fatta & Pangeran Pratap mulai bertarung satu sama lain dgn pedang mereka masing masing, Fatta kembali terkesan pada kemampuan Pangeran Pratap lainnya, dimana Pangeran Pratap mampu menahan serangannya yg bertubi tubi 

Sementara itu Ajabde sampai juga disana bersama rombongannya, Ajabde merasa kalau Chittor telah mengumumkan hukuman mati utk Fatta, Ajabde langsung memerintahkan prajuritnya utk mengitari bukit tersebut sementara dia memutuskan utk membunuh si pembunuh (Pangeran Pratap) dgn tangannya sendiri, mereka akhirnya berpencar ke segala penjuru, saat itu Pangeran Pratap juga terkesan dgn permainan pedang Fatta, namun tiba tiba Pangeran Pratap terganggu dgn ringkikkan kuda yg datang, Fatta mencoba menyerang Pangeran Pratap dgn mengambil kesempatan ini tapi Pangeran Pratap tdak mampu terkecoh “Kamu juga mencoba coba utk menipu aku, Fatta ,,, kamu harus fokus ketika di medan peperangan” kali ini Pangeran Pratap yg mulai menyerang dgn keras, Fatta berusaha bertahan dgn mundur selangkah demi selangkah utk melindungi dirinya sendiri, dari kejauhan Chakrapani yg memanggil Pangeran Pratap dgn sebutan Gyan Singh mulai merasa khawatir & meminta Pangeran Pratap utk berhenti namun gagal karena tanpa mereka duga, Fatta terjungkal jatuh berguling guling kebawah, Pangeran Pratap sangat khawatir dgn nasib Fatta, tepat pada saat itu sebuah pedang di acungkan di leher Pangeran Pratap dari arah belakang, Pangeran Pratap langsung berbalik utk melihat orang tersebut Sinopsis Mahaputra Episode 296

Di kerajaan Mewar, Ratu Bhatyani sedang berdiskusi dgn Dhaman Singh diruang pribadinya “Maharani Bhatyani, kenapa anda membiarkan Pangeran Pratap pergi ke Bijolia ? Begitu dia sampai disana maka dia akan tahu apa yg menyebabkan kita tdak membiarkan komunikasi apapun yg terjadi antara Bijolia & Mewar” Dhaman Singh mulai buka suara “Maharani Bhatyani, saya minta maaf, anda adalah seorang Maharani, anda akan bisa dgn mudah memaafkan tapi tdak ada satupun yg akan mengampuni aku, Maharani” Ratu Bhatyani langsung memberikan peringatan keras pada Dhaman Singh utk diam “Diam kamu, Dhaman Singh ! Atau aku akan memberikan kamu hukuman mati !” Dhaman meminta maaf & benar benar merasa ketakutan “Tdak usah mengkhawatirkan hal hal yg sepele, Dhaman Singh ,,, kita harus benar benar kuat utk mencapai tujuan kita !” ujar Ratu Bhatyani 

Sementara di tempat Pangeran Pratap, Pangeran Pratap berupaya utk membalikkan tubuhnya “Jangan bergerak !” bentak seseorang yg mengacungkan pedangnya ke arah leher Pangeran Pratap, ketika Pangeran Pratap berbalik, dilihatnya seorang perempuan dgn pakaian laki laki berwarna putih dgn wajahnya yg ditutup oleh cadar (Ajabde) “Apakah kamu mengira aku tdak akan mampu menangani kamu dalam hal ini, ketika kamu menyerang aku ?” Pangeran Pratap mengiyakan dgn bahasa tubuhnya, mereka berdua saling memandang satu sama lain tanpa saling kenal “Pangeran Pratap, lebih baik serang saja dia” bujuk Chakrapani lirih sambil berbisik di telinga Pangeran Pratap namun Pangeran Pratap tdak melakukannya, Pangeran Pratap beralih melihat kearah Fatta yg mulai naik ke atas, saat itu Ajabde hendak menyerang Pangeran Pratap ketika Pangeran Pratap memegang pedang Ajabde, darah pun mengalir dari tangannya & jatuh ketanah, mereka berdua kembali saling memandang satu sama lain, hingga akhirnya Pangeran Pratap mampu melempar pedang Ajabde ke samping, Ajabde berusaha menyerang Pangeran Pratap namun kembali Pangeran Pratap mempermainkan Ajabde setiap kali Ajabde hendak menyerang, hingga akhirnya Ajabde mampu membuat Pagdi (semacam sorban dikepala) milik Pangeran Pratap terbang melayang ke udara, Fatta & Chakrapani melihat mereka dari kejauhan 

Dikerajaan Mewar, Raja Uday Singh masih kesal dgn ucapan Fatta padanya sambil mengecek catatan keuangan kerajaan, saat itu Ratu Bhatyani menemuinya “Maharani Bhatyani, bagaimana bisa anak laki laki itu berbohong ! Aku telah mengecek semua pengeluaran kerajaan, disini jelas jelas disebutkan kalau kita telah mengirimkan semua kebutuhan yg diperlukan utk pasukan atau orang orang Bijolia ketika mereka memerlukannya meskipun hubungan kita telah putus, kita telah mengirimkan pasukan kita & kebutuhan pokok yg mereka perlukan !” Ratu Bhatyani hanya bisa mengiyakan ucapan suaminya yg mulai kesal & marah sambil membujuknya utk menunggu Pangeran Pratap “Tenang, tenang, Rana Ji, semuanya nanti akan di urus oleh Pangeran Pratap, saat ini dia sedang pergi, begitu dia pulang, Pangeran Pratap akan mengurus semuanya dgn baik” bujuk Ratu Bhatyani 

Di tempat Pangeran Pratap, Pangeran Pratap langsung menyambar Pagdinya yg melayang di udara & menggunakan Pagdinya itu menyelamatkan dirinya dari serangan Ajabde, sementara Fatta tiba tiba pingsan karena kehabisan tenaga, sedangkan Pangeran Pratap berhasil memegang pinggang Ajabde menggunakan Pagdinya & mendorong Ajabde agar mendekat kearahnya, Ajabde benar benar tdak berdaya, apalagi ketika Pangeran Pratap memegang tangannya, Ajabde menatap kedua bola mata Pangeran Pratap dgn perasaan takjub, namun tiba tiba Ajabde segera mundur ke belakang dgn perasaan bimbang, Ajabde tdak mengerti kenapa dirinya mempunyai perasaan seperti itu pada laki laki yg belum dikenalnya ini, 

Pada saat yg bersamaan di kerjaan Mewar, Ratu Bhatyani masih berusaha utk menenangkan Raja Uday Singh dgn memijat bahu suaminya itu “Rana Ji, Pangeran Pratap akan mengatur semuanya dgn baik segera setelah dia sampai di Bijolia, tapi aku merasa sangat khawatir jika dia terjebak dgn mantra Ajabde lagi, aku tdak akan bisa kompromi dgn semua kehormatanmu, Rana Ji” Raja Uday Singh berusaha meyakinkan Ratu Bhatyani kalau hal itu tdak akan terjadi “Aku juga tdak akan membiarkan hal itu terjadi, Pangeran Pratap tdak akan melakukan apapun yg akan menyebabkan kesalahan padaku”, “Aku juga percaya dgn Pangeran Pratap, tapi aku tdak begitu yakin tentang kesempatan yg bisa diambil oleh Ajabde, apa yg akan kita lakukan karena pada dasarnya, bagaimanapun juga Ajabde itu adalah istri Pangeran Pratap selama ini” ujar Ratu Bhatyani cemas 

Di tempat Pangeran Pratap & Ajabde, Ajabde melihat pasukannya telah datang, Pangeran Pratap berusaha utk berjalan ke depan namun Ajabde langsung mengacungkan pedangnya di dekat leher Pangeran Pratap “Berhenti ! & jangan bergerak !” bentak Ajabde “Prajurit, bawa Fatta segera ! & pergilah dari sini ! Aku akan menghentikan orang ini & menyusul kalian kemudian !” perintah Ajabde, prajurit Ajabde langsung mengangkat Fatta & membawanya pergi dari sana, 

Sementara itu di kerajaan Mewar, Raja Uday Singh masih ngobrol dgn Ratu Bhatyani membahas soal Pangeran Pratap & Ajabde, Raja Uday Singh sangat percaya pada Pangeran Pratap “Aku tahu bagaimana anakku itu, Maharani Bhatyani ,,, & lagi Pangeran Pratap juga sangat tahu dgn baik kalau Ajabde sudah tdak ada hubungannya lagi dgn dia atau kita lagi” namun Ratu Bhatyani masih terus berbicara tentang Ajabde “Tapi kamu tahu kan, Rana Ji ,,, kalau Ajabde itu selalu saja melanggar batasannya, kita harus melakukan sesuatu jika dia melakukan hal yg keterlaluan lagi” bujuk Ratu Bhatyani “Aku janji, Maharani Bhatyani ,,, aku akan menghukum dia kalau dia sampai melakukan hal seperti itu !” Ratu Bhatyani tersenyum senang sambil berkata “Seharusnya kamu menyingkirkan Ajabde & keluarganya dari lingkungan para ksatriamu, sebagai hukuman mereka jika mereka mencoba mendekati Pangeran Pratap lagi” Raja Uday Sing langsung bangun dari sofanya & tdak setuju dgn pendapat Ratu Bhatyani “Aku tdak bisa melakukan hal semacam itu, Maharani Bhatyani !” ujar Raja Uday Singh lantang “Maafkan aku, Rana Ji ,,, maafkan aku yg telah memberikan usulan seperti itu, itu semua hanya karena kemarahanku pada Ajabde yg aku pendam dalam lubuk hatiku yg paling dalam sejak kak Jaiwanta pergi meninggalkan istana ini” ujar Ratu Bhatyani dgn lagaknya yg pura pura sedih, sejenak Raja Uday Singh berfikir, akhirnya Raja Uday Singh menyetujui usulan Ratu Bhatyani 

Di tempat Pangeran Pratap, Ajabde masih mengacungkan pedangnya ke arah Pangeran Pratap “Pangeran Pratap, kenapa kamu tdak melakukan apapun utk menghentikan perempuan itu ?” tanya Chakrapani lirih “Kita seharusnya tdak mengangkat pedang kita utk melawan seorang perempuan, Chakrapani” kemudian Pangeran Pratap beralih menatap kearah Ajabde “Jika kamu mengira kalau kami ini telah melakukan kesalahan maka kamu bisa membawa kami sebagai tawananmu” ujar Pangeran Pratap “Aku tahu, kalau kamu melakukan semua ini karena perintah dari Raja-mu ! Aku tdak akan bertarung dgn seseorang yg telah melakukan tugasnya dgn sangat baik, katakan pada Raja - mu kalau mereka telah melakukan hal yg tdak benar ! Dgn mencoba membunuh seorang pengirim pesan dari Bijolia ! Semua itu akan dibayar mahal oleh mereka !” ujar Ajabde sengit sambil perlahan lahan Ajabde mundur ke belakang ke arah kudanya sambil masih mengacungkan pedangnya ke arah Pangeran Pratap, Pangeran Pratap & Chakrapani hanya bisa terdiam melihatnya, tak lama kemudian Ajadbe & pasukannya segera pergi meninggalkan mereka

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top