Sinopsis Mahaputra Episode 304

Mahaputra ANTV - Sinopsis Mahaputra Episode 304, Di kerajaan Bijolia, ekspresi Pangeran Pratap langsung berubah marah begitu memikirkan Ajabde, Pangeran Pratap segera keluar dari istana Bijolia dgn perasaan marah, tepat pada saat itu Ajabde keluar dari balkon kamarnya sekali lagi utk melihat Pangeran Pratap lagi yg telah pergi dari istana, tiba tiba petir menyambar memperlihatkan sinarnya yg terang, Ajabde kembali memikirkan Pangeran Pratap ketika bertarung dgn para prajurit Afghanistan, kemudian ketika memberikan semua perhiasannya utk Bijolia, Ajabde kemudian menyuruh pelayannya utk menutup pintu utama karena sudah larut malam. 
Sinopsis Mahaputra Episode 304

Tak lama kemudian Pangeran Pratap sedang berlatih pedang di dalam hutan pada malam hari itu juga, Pangeran Pratap teringat semua yg terjadi ketika dirinya menikah dgn Ajabde, saat itu Chakrapani secara kebetulan sedang berdiri didepan pedangnya “Minggir kamu, Chakrapani!” namun Chakrapani tdak mau berpindah tempat “Pangeran, aku tdak keberatan kalaupun aku harus mati ditanganmu, aku rela, pangeran” Pangeran Pratap segera menarik kembali pedangnya “Pangeran, apakah kau melihat Ajabde di istana?” Pangeran Pratap hanya mengangguk sekilas “Ajabde adalah Bai ji lal, aku tdak bisa melihat wajahnya tapi aku tahu karakternya & tujuannya yg sangat baik, sesaat aku sempat melihatnya sekilas dari kejauhan, aku ini memang seorang yg tolol yg tdak bisa mengerti betapa mudahnya utk mengetahui fakta yg ada kalau Ajabde adalah Bai ji lal, begitu pula sebaliknya, tdak ada seorangpun di Bijolia yg menyembah begitu membabi buta, dia selalu tahu bagaimana memenangkan hati semua orang, dia menggunakan dukungan mereka dalam tujuannya hari ini” ujar Pangeran Pratap 

Di istana Bijolia, Ajabde sedang bersama dgn Ratu Hansa Bai “Orang orang pasti mengira kalau aku telah salah mengarahkan rakyat Bijolia, bahwa aku telah menggunakan mereka utk tujuan yg salah” ujar Ajabde sedih “Kenapa kau berfikir demikian, Ajabde?” saat itu Ajabde memikirkan ucapan Pangeran Pratap “Lupakanlah itu, bu ,,, tapi jika kita salah dalam berfikir lalu apa yg bisa kita fikirkan? Bagaimana jika orang orang mengira aku ini menjadi orang yg egois & seseorang yg menginginkan kekuasaan?” tanya Ajabde cemas “Rakyat Bijolia itu tahu kau dgn baik melebihi rasa tahumu tentang dirimu sendiri” ujar Ratu Hansa Bai bangga “Mereka tdak mempunyai ide apa apa lagi tentang apa yg telah kau putuskan utk Bijolia tapi mereka datang kemari & memberikan semua milik mereka utk kau sesuai yg kau perintahkan, jika mereka memiliki sedikit keraguan padamu maka apakah mereka mau datang kemari? Apakah mereka mau memberikan semua emas yg mereka miliki utk kau?” Ajabde langsung menggelengkan kepalanya “Kau seharusnya tdak berfikir tentang semua ini, fokus saja pada misimu, nak” Ajabde mengangguk 

Chakrapani benar benar tdak bisa percaya kalau Ajabde yg masa kecil dulu hanyalah seorang gadis yg pendiam & introvert, sekarang menjadi begitu kuat utk rakyatnya “Rakyat disini mengikuti keyakinannya & kepintarannya” ketika Chakrapani hendak mengatakan hal yg lebih lagi tentang Ajabde, tiba tiba Chakrapani tdak meneruskan ucapannya karena Pangeran Pratap menatapnya tajam, Chakrapani langsung bangun namun Pangeran Pratap ingin tahu apa yg baru saja Chakrapani pikirkan, Chakrapani mencobanya utk mengalihkan pembicaraan namun gagal “Aku hanya sedang berfikir dalam benakku, apakah kemaharan Ajabde ke Mewar yg menyebabkan pemborentakkan rakyat Bijolia? Apakah hal ini benar benar nyata kalau semua pesan yg dikirimkan ke Chittor dari Bijolia telah menghilang begitu saja? Bagaimana jika tdak ada pesan yg dikirimkan hingga hari ini?” Pangeran Pratap mulai memikirkan ucapan Chakrapani, Chakrapani mencerca dirinya sendiri karena berfikiran seperti itu “Ajabde itu sangat murni & nyata, bagaimana bisa dia menjadi seorang penipu secara tiba tiba? Bagaimana bisa dia melakukan tindakan ketdakadilan dgn rakyatnya sendiri hanya utk sebuah alasan pribadi?”, “Semua itu bisa saja benar, siapa yg bisa mengira kalau Ajabde bisa menjadi sebuah alasan utk kepergian Rani Ma dari Chittor?” ujar Pangeran Pratap geram 

“Tapi aku bisa saja benar bisa juga salah, pangeran ,,, hal ini belum pasti! Kita seharusnya tdak menyimpulkan apa apa dulu sampai kita menemukan kenyataan yg sebenarnya, pangeran” Pangeran Pratap menatap ke arah Chakrapani tajam “Lalu kau menginginkan aku, Pangeran Pratap utk mengetuk pintu istana Bijolia utk menanyakan kenyataan yg sebenarnya dari Ajabde, begitu? Katakan padaku apa yg ada di dalam hatimu saat ini?” tanya Pangeran Pratap kesal, kemudian Chakrapani memberikan sebuah cara yg mudah utk mengetahui kenyataan yg sebenarnya “Kau masih ingat kan, kemarin aku sedang bicara dgn seorang perempuan yg aku sebut sebagai muridku? Sebenarnya dia adalah istriku, Saubhagyawati, dia menghabiskan sebagian besar waktunya dgn Ajabde sampai hari ini, dia memang temannya dari dulu tapi sekarang Saubhagyawati adalah penolong baginya saat ini juga, kita bisa mendapatkan informasi darinya” Pangeran Pratap menyukai ide Chakrapani “Kenyataan yg sebenarnya akan kita ketahui dgn aku berada disini atau tdak, aku mungkin lebih baik kembali ke Chittor, siapapun bisa di kirimkan ke Chittor utk menyelamatkan Bijolia dari Afghanistan” Chakrapani tersenyum pada dirinya sendiri karena dia tahu kalau Pangeran Pratap tdak akan bisa terjebak dgn kata katanya sendiri “Sepertinya ada sesuatu yg tdak akan membiarkan kau meninggalkan Bijolia, pangeran” ujar Chakrapani Sinopsis Mahaputra Episode 304

Ajabde memberikan Parvat Das sebuah surat dari raja mereka (Balwant) “Surat ini harus kau berikan pada kerajaan tetangga kita” ujar Ajabde, Parvat Das mencoba utk menghalanginya namun Ajabde sekali tetap bersikeras “Ini utk kesejahteraan semua orang” ujar Ajabde, kemudian Parvat Das berlalu dari sana bersama surat dari Balwant “Balwant, kakak akan keluar dulu sebentar” ujar Ajabde 

Saat itu Pangeran Pratap sedang berlatih di rumah Fatta sambil memikirkan tentang semua yg berhubungan dgn Bai ji lal, Pangeran Pratap menolak utk tinggal disana lebih lama lagi “Aku tdak akan tinggal disini di bawah kekuasaan Ajabde!” ujar Pangeran Pratap geram, 

Sementara itu di hutan, Chakrapani mengadakan pertemuan dgn istrinya, Saubhagyawati, Chakrapani sedang duduk diatas pohon sambil memberikan kode yg sama yg biasanya dia lakukan ketika mereka masih kecil dulu ketika Saubhagyawati datang menemuinya, Chakrapani ingin bicara dgnnya sesuatu yg sangat penting, Chakrapani segera mengajaknya pergi dari sana, 

Pada saat yg bersamaan di rumah Fatta, Pangeran Pratap sedang menulis sebuah surat utk Fatta “Karena adanya beberapa perubahan yg tdak terduga & tdak terduga dalam situasi ini, aku merasa tdak berdaya tetapi aku harus pergi dari Bijolia, aku meyakinkan kau kalau aku akan melakukan apapun yg bisa aku lakukan utk kau & kakak kamu, terima kasih utk semua keramah tamahan kau selama ini” Pangeran Pratap membaca kembali isi suratnya kemudian disimpannya surat itu diruangan tersebut & segera mengambil belatinya juga barang barangnya yg lain, ketika Pangeran Pratap hendak keluar, tanpa di duga ternyata Pangeran Pratap bertemu dgn Ajabde lagi yg menyamar sebagai rakyat biasa “Apakah kau akan pergi berburu?”, “Aku tdak suka berburu” ujar Pangeran Pratap “Oh, maaf ,,, aku tdak tahu, aku juga minta maaf karena terlalu ingin tahu tentang kehidupan pribadi kamu” Pangeran Pratap bisa mengerti tentang hal itu karena dia adalah orang asing di Bijolia “Oh iya, tukang kuda, kalau ada waktu, aku ingin bicara dgnmu” Pangeran Pratap menyetujuinya sambil memberi makan kudanya, 

Sementara itu Saubhagyawati membawakan beberapa ladu utk Chakrapani, Chakrapani sangat menyukainya “Lalu bagaimana dgn Ajabde? Mengapa dia tdak pernah menulis surat sedikitpun ke Pangeran Pratap atau Maharana Udai Singh utk meminta bantuan? Aku dengar dia sekarang jadi begitu sombong rupanya” Saubhagyawati tdak suka dgn ucapan suaminya itu “Jangan berkata seperti itu tentang Ajabde! Dia tdak bisa menjadi seorang yg sombong tapi yg pasti dia itu memiliki harga diri yg tinggi, asal kau tahu saja kalau dia telah menulis banyak surat utk Maharana Udai Singh” ujar Saubhagyawati kesal kemudian Saubhagyawati mencoba mengalihkan pembicaraan namun Chakrapani kembali masih membahas soal Ajabde “Jika Ajabde memang benar demikian, lalu kenapa dia tdak mengatakan yg sesungguhnya ke rakyat Bijolia?” 

Saubhagyawati mulai mengerti kalau Pangeran Pratap pasti telah mengirimkan Chakrapani ke Bijolia utk mendapatkan informasi tentang Ajabde “Kau datang kesini utk bertemu dgn teman Bai ji lal utk temanmu sehingga kau bisa memberikan semua informasi padanya, iya kan? Aku bisa memahami misimu dgn baik, aku telah menghabiskan waktu sepanjang malam utk membuatkan ladu ini utk kau & ini balasanmu padaku?” Chakrapani merasa kikuk di depan Saubhagyawati begitu mendengar sindiran istrinya “Aku memang datang ke Bijolia atas keinginan Pangeran Pratap, dia sendiri juga berada disini di Bijolia” Saubhagyawati kaget “Pangeran Pratap sangat marah pada Ajabde, tapi setelah mendengarkan ceritamu, aku merasa kalau ada kesalahpahaman yg sangat besar yg terjadi diantara mereka berdua” ujar Chakrapani 

Di rumah Fatta, Ajabde masih ngobrol dgn Pangeran Pratap “Kalau aku lihat, kau ini tdak pernah terlihat begitu merawat kudamu dgn baik, dgn begitu aku mengira kalau kau ini sebenarnya bukan benar benar seorang perngurus kuda, aku hanya bisa menduga kalau kau ini adalah seorang ksatria” ujar Ajabde “Itu mungkin saja benar, aku ini memang keduanya seorang ksatria & juga seorang pengurus kuda, aku telah melihat ada sebuah identitas baru pada diri setiap orang disini” Ajabde sedikit kaget “Aku tdak berharap kau menyerahkan semua perhiasanmu utk misi Bai ji lal”, “Aku tdak bisa menahan diriku utk tdak melakukan hal itu seperti yg dilakukan oleh orang lain yg melakukannya tanpa pamrih, aku melakukan hal itu hanya utk tanah airku semata” ujar Pangeran Pratap merendah “Ternyata rasa patriotisme masih hidup dalam diri orang orang Chittor sampai hari ini” sindir Ajabde “Aku tdak ingin mendengar tentang hal itu, mungkin Bai ji lal telah mengatakan semuanya pada kamu, kami orang orang Chittor masih terus melanjutkan rasa patriotisme itu”, “Dia cukup mampu utk memiliki pemikiran sendiri, Bai ji Lal tdak perlu mengatakan apa-apa padaku tentang apa yg dipikirkannya atau dipercayainya, orang orang Chittor mungkin bisa jadi masih memiliki rasa patriotisme tapi keluarga Maharana Udai Singh tdak akan bisa menjadi salah satu dari mereka, bagaimana mereka bisa mengurusi negara mereka jika mereka sendiri tdak bisa mengurusi salah satu anggota keluarga mereka? Jika mereka bisa melakukannya maka seharusnya mereka tdak akan meninggalkan menantu perempuan mereka tanpa sebuah alasan yg jelas”

Pangeran Pratap tertegun mendengar ucapan Ajabde “Bagaimana bisa kau tahu? Mungkin mereka memiliki sebuah alasan dibelakangnya” mereka berdua kemudian saling bertanya satu sama lain “Apakah kau kenal dgn orang orang tersebut secara dekat?” tanya Pangeran Pratap penasaran “Kau sendiri apakah kau juga kenal dgn mereka?” balas Ajabde “Aku kira kau datang kesini karena kesedihan & kekecewaan rakyat Chittor”, “Aku tdak setuju dgn mereka tapi aku juga tdak bisa menipu tanah airku sendiri, aku bisa menghormati Bai ji lal mu itu sebagai seorang rakyat biasa yg berusaha berfikiran positif kalau dia telah begitu jauh dari pandangan pribadiku utknya” ujar Pangeran Pratap “Kau seharusnya berfikiran dari sudut pandang Bai ji lal, mengapa kau tdak mencoba utk mengerti tentang hal ini setelah apa yg terjadi padanya selama ini?” ujar Ajabde kesal “Aku heran kenapa Bai ji lal ini sangat penting sekali artinya buat kau? Apakah kau ingin agar aku menghormatinya?” Ajabde langsung berbalik membelakangi Pangeran Pratap “Tdak perlu, aku hanya membawa sebuah pesan utk kau darinya” Pangeran Pratap semakin penasaran “Bai ji lal menginginkan sesuatu dari kamu” Pangeran Pratap merasa heran “Apa yg Ajabde inginkan dari aku sekarang?” bathinnya dalam hati

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top