Sinopsis Mahaputra Episode 290

Mahaputra ANTV - Sinopsis Mahaputra Episode 290, Narator : Kehidupan Pangeran Pratap seakan akan berhenti setelah Ratu Jaywanta & Ajabde meninggalkan istana, tapi waktu terus berganti & tdak akan pernah menunggu siapapun seperti yg seharusnya dicatat dalam sejarah, sejarah India berubah bersamaan berubahnya waktu, bangsa Mughal menguasai banyak daerah sekarang, tdak ada yg bisa berdiri menghadapi Jalal di medan pertempuran, Jalal selalu mempunyai sepasang mata pada suatu negara tertentu sampai tiba waktunya nanti hingga dia tdak akan bisa menaklukkan lagi, Jalal masih terus mengawasi Mewar, benteng Chittor terus menerus menghantuinya, Jalal sangat tdak berdaya karena benteng Chittor masih daerah yg bebas & sampai saat ini belum mampu utk dikuasai oleh Jalal, Jalal masih mempunyai kemampuan utk bertarung melawan semua musuh musuhnya 
Sinopsis Mahaputra Episode 290

Di kerajaan Mewar, seorang pelayan sedang membantu Raja Uday Singh berdandan, pelayan itu salah memilih sepasang Kamarbandh (selempang kerajaan) yg membuat Raja Uday Singh marah, Raja Uday Singh langsung memecat pelayan tersebut saat itu juga, Raja Uday Singh segera membuka kotaknya & mencari Kamarbandh yg dikenakannya dulu pada saat acara Dussehra setiap tahunnya, tiba tiba Raja Uday Singh menemukan dupatta yg dikenakan oleh Ratu Jaywanta pada saat upacara pernikahan mereka, kenangan terindah kembali menyeruak dalam pikirannya, Raja Uday Singh menyentuhnya sambil tersenyum, kemudian membiarkannya disimpan dalam kotak tersebut, Raja Uday Singh kemudian memanggil pelayannya kembali yg telah dipecatnya tadi & menyetujui semua pilihan si pelayan utk mendandani dirinya, 

Sementara itu setiap orang memberikan salam pada Ratu Bhatyani sebagai Maharani, setelah Ratu Jaywanta pergi dari istana, Ratu Veer Bai juga menemaninya kemanapun dia pergi, Ratu Bhatyani menegur semua pelayan yg tdak menyiapkan manisan utknya, Ratu Bhatyani juga mengeluh soal dekorasi ruangan yg buruk & semua hal yg kurang berkenan dihatinya, Ratu Bhatyani benar benar menegur mereka semua utk segala sesuatu yg tdak sesuai seperti yg diinginkannya bahakan musisi Kannauj juga di tegur oleh Ratu Bhatyani, seorang pelayan berusaha utk menjelaskan padanya tapi hal itu membuatnya sangat terganggu, Ratu Bhatyani ingin agar para musisi dikirim kembali secepatnya “Buatlah persiapan utk pemujaanku, hal itu seharusnya terjadi atas keinginanku!” para pelayan itu hanya bisa menggangguk, menuruti perintah Ratu Bhatyani “Rani Veer Bai, aku berikan kamu tanggung jawab utk meyakinkan anak perempuanku agar mengenakan pakaian yg telah aku pilihkan utknya, dia itu suka sekali mengabaikan aku & lebih suka menikmati mengenakan pakaian yg biasa” perintah Ratu Bhatyani kesal “Hari ini dia akan terlihat cantik seperti seorang Dewi, Maharani Bhatyani” Ratu Bhatyani sangat senang mendengarnya “Katakan pada Rana Ji utk datang ke kuil sebelum waktu pemujaan” Ratu Veer Bai hanya bisa mengangguk 

Pada saat yg bersamaan, Rawat Ji menemui Raja Uday Singh, Rawat Ji membawakan sebuah busur & anak panah yg suci yg dulu pernah di bakar oleh Raja Uday Singh pada saat acara Ravan, Rawat Ji meminta pada Raja Uday Singh utk melakukan semuanya sesuai tradisi mereka, Raja Uday Singh mengijinkan “Rawat Ji, selama ini kamu selalu mengurusi segalanya utkku” Rawat Ji telah terbiasa dgn persahabatan mereka sekarang, Raja Uday Singh memperhatikan kotak yg berada di pojok kamarnya seraya berkata “Aku juga telah mendapatkan kebiasaanku kembali akan sesuatu hal tapi sekarang aku harus belajar utk hidup tanpannya” Rawat Ji mengingatkan Raja Uday Singh soal Pangeran Pratap “Maharana, kita seharusnya juga mengingatkan Pangeran Pratap akan kebiasaannya pada hal hal yg sama juga, aku sangat mengkhawatirkan dirinya kali ini, Pangeran Pratap selalu sibuk mengurusi orang lain & pasukan kita, Maharana, seperti hari ini adalah hari yg agung tapi Pangeran Pratap sibuk menemukan kuda yg cocok utk pasukan kita” ujar Rawat Ji cemas. Sinopsis Mahaputra Episode 290

Saat itu bangsa Mughal sudah menguasai hampir seluruh daerah di negeri India kecuali daerah Rajputana, Rawat Ji setuju dgn pendapat Pangeran Pratap namun Pangeran Pratap ingin menyendiri sementara waktu, sejak Ratu Jaywanta & Ajabde meninggalkan istana Mewar, Raja Uday Singh kehilangan kesabarannya begitu mendengar nama Ajabde “Jangan sebut namanya didepanku! Hidupku & istanaku hampir saja kehilangan semuanya hanya gara gara dia! Dia adalah alasan dibalik ini semua!” Raja Uday Singh teringat masa lalu yg kelam ketika Ratu Jaywanta meninggalkan dirinya hanya gara gara Ajabde, kemudian Pangeran Pratap menjadi sendirian juga hanya karena Ajabde “Kita seharusnya sangat berterima kasih pada Maharani Bhatyani yg telah mengurusi Pangeran Pratap selama ini, kalau tdak aku akan kehilangan dirinya” Rawat Ji juga memiliki pemikiran yg sama seperti Raja Uday Singh tentang peran Ratu Bhatyani dalam mengurus Pangeran Pratap, kemudian Raja Uday Singh setuju utk menghabiskan waktunya lebih banyak bersama Pangeran Pratap “Aku akan mencoba mengisi kekosongan dalam kehidupan Pangeran Pratap, aku akan mencoba utk membuatnya fokus pada kehidupan pribadinya lagi” tepat pada saat itu salah seorang pelayan menemui mereka & mengabarkan tentang kepergian Ratu Bhatyani ke tempat pemujaan, sementara Raja Uday Singh ingin memberikan penghargaan pada Pangeran Pratap utk segala usahanya “Aku akan membunuh Ravan kali ini! Pangeran Pratap akan melakukannya kali ini!” Rawat Ji sangat bahagia mendengarnya, bahkan Rawat Ji ingin menceritakan hal ini pada Pangeran Pratap secepat mungkin, sementara itu Raja Uday Singh ingin Jagmal juga ikut terlibat dalam pemujaan tersebut sebaik mungkin “Aku melihat pangeran Jagmal tdak pernah menghadiri semua pemujaan akhir akhir ini, hal itu tdak boleh terjadi pada hari ini!” ujar Raja Uday Singh 

Di dalam kamarnya, saat itu Jagmal sedang sibuk tertawa tawa & berbicara dgn salah satu pelayannya, Jagmal sedang menikmati mendengarkan sebuah cerita dari pelayan tersebut, kemudian Jagmal menyuruh pelayan itu utk membawakan sesuatu yg dia buat (Amal), Jagmal segera mengambilnya & meminta diputarkan sebuah musik utknya, sekilas Jagmal melihat tempat menyimpan pedang dikamarnya, Jagmal segera duduk di tepi tempat tidur dimana didepannya terdapat tempat pedang tersebut, Jagmal menarik tangan si pelayan kemudian di gesek gesekkannya jari pelayannya itu di pedang tersebut hingga berdarah “Pangeran Jagmal, aku mohon, pangeran, lepaskan jariku karena jariku mulai berdarah, pangeran, sakit sekali, pangeran” pelayan tersebut merintih kesakitan sambil mengiba meminta belas kasihan dari Jagmal, namun Jagmal nampak marah “Kamu tahu kenapa aku melakukan hal ini, ini semua karena kamu tdak membawakan aku banyak Amal (makanan buatannya), hal itulah yg membuat aku marah” ujar Jagmal sambil terus menggesek gesekkan jari si pelayan di pedang tersebut “Baiklah, pangeran, akan aku bawakan lagi yg lebih banyak utkmu” ujar pelayan perempuan itu lirih “Aku sudah tdak mau lagi, aku mau mendengarkan musik saja” pelayan itu memohon pada Jagmal utk melepaskannya, tepat pada saat itu salah satu pelayan laki laki menemui mereka & mengabarkan padanya kalau Raja Uday Singh menyuruh Jagmal ikut dalam pemujaan, namun Jagmal tdak tertarik, pelayan itu mengabarkan kalau Pangeran Pratap akan membunuh Ravan kali ini, Jagmal sangat terkejut, Jagmal menyuruh pelayan laki laki itu utk mendekat kearahnya, kemudian Jagmal mengatakan sesuatu padanya lalu kembali menyakiti jari pelayan perempuan itu berulang kali “Pergilah! & katakan pada Rani Ma kalau aku akan ikut dalam pemujaan!” tak lama kemudian pelayan laki laki & perempuan itu pergi meninggalkan Jagmal 

Di pasar kuda, Pangeran Pratap mendatangi pasar itu utk mencari kuda kuda terbaik utk pasukannya, ketika Pangeran Pratap sedang melihat lihat kuda tersebut tiba tiba seekor burung elang terbang melintas diatasnya, para pemilik kuda sedang ngobrol satu sama lain, Pangeran Pratap melihat ada keanehan, Pangeran Pratap memperhatikan sekitarnya sambil memegang sebuah bunga teratai di tangannya, tiba tiba burung elang itu menjatuhkah ular yg dibawanya sedari tadi ke arah kuda kuda tersebut, kuda kuda itu langsung meringkik ketakutan & histeris, semua orang mencoba utk menenangkan kuda kuda itu tapi situasinya bertambah kacau kacau, Pangeran Pratap mendengar ada seorang anak yg menangis, Pangeran Pratap segera memberikan bunga teratai yg dibawanya itu ke Chakrapani & pergi menyelamatkan anak kecil itu, Chakrapani tertegun, Pangeran Pratap segera memegang tali kekang kuda tersebut yg hendak melukai si anak kecil, anak kecil itu berterima kasih pada Pangeran Pratap karena telah menyelamatkan dirinya, namun tiba tiba ada kuda yg lain yg masih ketakutan, si pemilik kuda tdak bisa menenangkan kudanya & tiba tiba kuda itu lari begitu cepat keluar dari pasar tersebut, si pemilik yg masih memegangi tali kekang kudanya rupanya terseret bersamaan kuda tersebut, 

Pangeran Pratap segera berlari mengejarnya melewati jalanan yg terbentang di Mewar, semua orang memperhatikannya dgn tatapan kaget, Pangeran Pratap berusaha utk menangkap kuda itu & akhirnya bisa memegang si pemilik kuda tepat waktu, Pangeran Pratap segera membantu pemilik kuda tersebut utk bangun, Chakrapani akhirnya juga sampai disana & membantunya, tiba tiba seorang laki laki mengatakan pada Pangeran Pratap kalau burung elang itu menyambar bendera Mewar mereka & cengkraman cakarnya, semua orang mendongak keataa kearah langit, Pangeran Pratap memberikan Pangdinya ke Chakrapani & mengejar burung elang tersebut! Burung elang terbang di atas padang pasir, sementara Pangeran Pratap masih terus mengikutinya naik turun, hingga akhirnya Pangeran Pratap mengeluarkan belatinya & melesatkannya tepat di cakar si burung elang, bendera itu pun lepas dari cengkraman si burung elang, Pangeran Pratap segera melompat utk memegang bendera Mewar sebelum bendera itu menyentuh pasir, Pangeran Pratap mencium bendera itu dgn bangganya

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top