Sinopsis Mahaputra Episode 301

Mahaputra ANTV - Sinopsis Mahaputra Episode 301, Di kerajaan Bijolia, Pangeran Pratap, Fatta & Ajabde masih memperhatikan dari kejauhan kesibukan pasukan Afghanistan ditenda mereka “Teman, bagaimana dgn barak yg paling besar?”, “Pasukan Afghanistan mempunyai banyak barak yg kecil kecil yg tersebar di seluruh perbatasan kami, mereka mengerahkan kuda kuda terbaik mereka & pasukan di setiap tempat di Bijolia” Pangeran Pratap ingin melihat salah satu barak pasukan Afghanistan secara lebih dekat lagi, Ajabde menyetujui & mulai bergerak kesana 
Sinopsis Mahaputra Episode 301

Di kerajaan Mewar, Raja Udai Singh memberikan sebuah kalung milik ibunya utk putrinya, Chand Kanwar, Chand sangat senang bisa mendapatkan kalung mendiang neneknya “Terima kasih, ayah” ujar Chand, Raja Udai Singh juga mempunyai sesuatu utk Jagmal “Ayah fikir benda ini akan cocok dgn kau khususnya ketika kakakmu Pangeran Pratap sedang tdak berada disini” Jagmal tdak suka mendapatkan jam pasir sebagai hadiah dari ayahnya, Raja Udai Singh langsung marah “Kau seharusnya mengerti betapa pentingnya waktu!” ujar Raja Udai Singh marah, dalam hati Jagmal berkata “Aku akan menjadi seseorang yg tdak akan mengikuti waktu tapi dalam hal ini hal itu menentangku! Tunggu & lihat, waktu akan mengatakan padamu semuanya” Raja Udai Singh memanggil Jagmal dgn keras ketika Jagmal dgn santainya menggosok gosok telinganya, tepat pada saat itu Rawat menemui Raja Udai Singh & ingin berbicara dgnnya secara pribadi yg sangat penting, Raja Udai Singh segera menyuruh anak anaknya keluar dari ruangan itu 

Ratu Bhatyani menemui Jagmal & bertanya hadiah apa yg diberikan oleh ayahnya “Benda ini hanyalah sampah yg tdak berguna, ibu” Ratu Bhatyani berusaha utk membuat Jagmal mengerti namun gagal “Ayah saat ini sedang bersama paman Rawat Ji, lebih baik ibu mengurusi mereka sekarang bukan menceramahi aku” ujar Jagmal santai & pergi begitu saja meninggalkan ibunya, 

Sementara itu di dalam ruangan pribadi Raja Udai Singh “Maharana Udai SIngh, rasanya aku curiga kalau ada sebuah masalah besar yg sedang terjadi di Bijolia, itulah mengapa rakyat mereka menentang Chittor, rakyat Bijolia sama saat ini sama sama memberontak seperti yg telah dijelaskan oleh pembawa pesan yg bernama Fatta itu, ini alasan dibalik kekecewaan rakyat Bijolia karena kelalaian kita” Raja Udai Singh sangat marah begitu mendengar ucapan Rawat Ji “Kau ini bicara tentang Bijolia seolah olah dia adalah musuh terbesar Chittor! Saat ini Pangeran Pratap sedang pergi ke Bijolia, dia akan mencari tahu apa yg sebenarnya terjadi di Bijolia!” ujar Raja Udai Singh lantang 

Pada saat yg bersamaan di Bijolia, saat itu Ajabde, Pangeran Pratap & Fatta sudah sangat dekat dgn barak pasukan Afghanistan yg paling kecil “Mereka membuat rencana utk penjarahan ternak ternak kami dari sini” Pangeran Pratap melihat prajurit Afghanistan itu dgn perasaan marah “Bagaimana bisa rakyat biasa menghadapi mereka? seseorang yg kau kirimkan pesanmu ke Chittor, Maharana Udai Singh tdak mungkin begitu mendengar adanya bahaya yg menjulang di perbatasan Bijolia tdak mengirimkan bantuannya kesini” Fatta hampir saja kehilangan kesabarannya namun Ajabde mencegahnya “Dia kelihatannya tdak merasa senang utk bertarung dgn prajurit Afghanistan ini atau malah membiarkan mereka mencuri ternak ternak kita, kak” ujar Fatta kesal “Aku tdak bermaksud demikian, aku benar benar memuji utk sekelompok warga negara biasa yg bertarung dgn prajurit Afghanistan sampai sekarang” puji Pangeran Pratap tulus, namun Fatta tdak suka disebut sebagai orang biasa “Kami tdak membutuhkan bantuan apapun dari Chittor, sampai hari ini kami telah bertarung dgn prajurit mereka sendirian & akan terus melanjutkan sampai titik darah penghabisan! Kami bukanlah seorang pengecut atau biasa!” ujar Fatta kesal, 

Ajabde berusaha menjelaskan tapi Fatta merasa kalau Pangeran Pratap telah membuat mereka jadi tdak percaya diri, Pangeran Pratap kembali menambahkan ucapannya kalau dirinya sangat menghargai mereka tapi Pangeran Pratap juga ingin agar mereka mengerti tentang gawatnya situasi yg harus mereka hadapi saat ini “Ini tdak begitu mudah utk pergi kesana & menghadapi mereka semua sendirian” Fatta sudah tdak sabar dgn keadaan ini “Sekarang aku akan menunjukkan padanya kalau betapa mudahnya utk kita bertarung dgn orang orang Afgahnistan tersebut!” Ajabde & Pangeran Pratap berusaha mencegah Fatta namun Fatta telah berjalan kedepan ke arah para prajurit Afghanistan Sinopsis Mahaputra Episode 301

Di kerajaan Mewar, Raja Udai Singh meminta maaf pada Rawat Ji karena telah membentaknya seperti itu “Dewa tahu apa yg terjadi pada diriku hari ini, aku tdak bisa lagi mengontrol perasaan marahku atau perasaanku, aku tdak seperti ini sebelumnya, aku marah pada Jagmal tapi aku melampiaskannya padamu” tanpa Raja Udai Singh sadari, Rawat Ji merasa sedih & mengusap airmatanya, Raja Udai Singh merasa sedih melihat perbedaan kepribadian antara kedua anaknya yaitu Jagmal & Pangeran Pratap “Seorang ibu adalah guru terbesar utk seorang anak, Maharana ,,, dari sanalah seorang anak mulai belajar, mereka mendapatkan nilai nilainya berdasarkan kepribadiannya masing masing hanya dari sana, Maharani Jaiwanta telah memberikan semuanya pada Pangeran Pratap” Raja Udai Singh tersenyum bangga, dgn perasaan miris Rawat Ji mengatakan tentang Jagmal “Bagaimana pangeran Jagmal mendapatkan semua ini dari ibunya?” Raja Udai Singh mulai memikirkan ucapan Rawat Ji “Lalu apa yg harus aku lakukan, Rawat Ji?” 

Rawat Ji kemudian menyarankan utk menyatukan kembali mata mata mereka yg tersembunyi yg tersebar di seluruh daerah kekuasaan mereka “Bagaimanapun juga kita harus memanggil kembali mata mata kita yg berasal dari Bijolia beberapa tahun yg lalu” Raja Udai Singh menyetujuinya & segera memerintahkan Rawat Ji utk melakukan hal itu, Rawat Ji ingin memanfaatkan info yg mereka dapat dgn menyatukan semua mata-mata ini “Ini akan menjadi sebuah bantuan yg besar utk Pangeran Pratap utk mengerti tentang permasalahan yg terjadi di Bijolia” ketika Raja Udai Singh hendak mengucapkan sesuatu, tiba tiba Ratu Bhatyani datang & mengundangnya utk melakukan pemujaan, Ratu Bhatyani tdak membiarkan Rawat Ji mengatakan sesuatu, Raja Udai Singh juga hanya bisa mendukung istrinya ini “Rawat Ji, kita akan membicarakan tentang hal ini nanti” ujar Raja Udai Singh yg kemudian berlalu bersama Ratu Bhatyani, Rawat Ji yg bisa berdiri dgn rasa tdak berdaya 

Sementara itu di Bijolia, dgn gagah berani, akhirnya Fatta menantang para prajurit Afghanistan utk bertarung dgnnya “Keluar kalian dari Bijolia! Atau aku akan membunuh kalian satu per satu!” orang orang Afghanistan itu hanya tertawa mengejek ke arah Fatta, kemudian pertarungan pun dimulai, Ajabde & Pangeran Pratap melihat mereka dari kejauhan, Fatta bertarungnya dgn gagah berani tapi akhirnya dialah yg di tangkap oleh prajurit Afghanistan, melihat hal ini Ajabde bermaksud hendak pergi menemui orang orang Afghanistan itu namun Pangeran Pratap langsung mencegahnya dgn memegang tangannya sambil berkata “Prajurit prajurit ini kelihatannya sangat terlatih daripada prajurit prajurit yg lain” ujar Pangeran Pratap sambil melepaskan tangannya & menatap kearah Ajabde, kembali mereka berdua saling memandang satu sama lain “Kalau kau pergi kesana maka akan menambah masalah saja, kau mungkin salah seorang yg sangat dekat yg mendukung Bai ji lal” ujar Pangeran Pratap “Tapi aku tdak bisa mundur & melihat prajurit itu membunuh adikku!” ujar Ajabde kesal “Kalau begitu biarkan aku yg pergi kesana & bertarung dgn mereka” Ajabde merasa heran “Apakah karena aku hanya seorang perempuan & bukan seorang prajurit yg pemberani seperti kau?” Pangeran Pratap mengangguk membenarkan “Jangan lakukan tindakan konyol seperti yg dilakukan oleh adikmu itu, sebuah perang bisa dimenangkan dgn keadaan tetap tenang”, “Jadi kau menyebut adikku itu tolol begitu?” Pangeran Pratap mengangguk mengiyakan ucapan Ajabde, kemudian mereka berdua bertengkar dgn manisnya namun akhirnya Pangeran Pratap kembali fokus utk bertarung dgn prajurit Afghanistan tersebut, Pangeran Pratap segera berlalu meninggalkan Ajabde 

Di kerajaan Bijolia sendiri, orang kepercayaan Ajabde yg ikut bersumpah kemarin mencoba utk memberikan masukan ke Ratu Hansa Bai “Maharani Hansa, rasanya kita tdak bisa mengambil resiko dgn membuat Bijolia sebagai daerah yg bebas, karena hal itu akan menyingkirkan nama kita dari Rajputana, kita harus berfikir utk bergabung dgn kerajaan Bikaner atau Marwar, apalagi pangeran Balwant juga masih sangat muda sekali utk menanggung semua tanggung jawab ini sendirian” Balwant yg saat itu berada di sana langsung mengangguk membenarkan perkataan laki laki tua ini namun Ratu Hansa Bai tetap berpegang pada rencana Ajabde “Aku telah bersama sama dgn kalian sejak Rao Mamrak Ji masih hidup, aku hanya berfikir utk kebaikan kalian saja” ujar laki laki tua itu lagi, 

Sementara itu para prajurit Afghanistan sedang menangkap Fatta, tak lama kemudian Pangeran Pratap datang & menemui mereka, Pangeran Pratap menepukkan tangannya, para prajurit Afghanistan merasa kalau rakyat Bijolia ini sedang keluar dari jalan mereka utk mengakhiri hidup mereka dgn bunuh diri hari ini “Bunuh diri itu dosa!” ujar Pangeran Pratap lantang “Aku benar benar memberikan aplause utk kalian semua, selamat! Selama menjadi seorang tukang kuda, aku suka melihat tindakan yg berani seperti ini” ujar Pangeran Pratap sambil hendak memegang lengan salah satu prajurit yg mengijinkannya utk memegangnya sambil memuji keberanian mereka, Fatta yg saat itu sudah di borgol oleh prajurit Afghanistan merasa heran “Apa yg terjadi padanya?” bathin Fatta dalam hati, Pangeran Pratap kemudian mengecek lengan salah satu prajurit sambil berkata “Seluruh kekuataan pada prajurit ini hanya ada pada lengannya saja, sedangkan bagian tubuh yg lain tdak ada apa apanya” kemudian Pangeran Pratap mengecek lengan prajurit yg lain juga, saat itu Ajabde melihat mereka dari kejauhan, 

Pangeran Pratap kemudian mendatangi Fatta secara dekat “Kau fikir dgn kau datang kesini lalu mengatakan pada mereka utk pergi maka mereka akan benar benar pergi? Sekarang kita akan memberikan pesan yg khusus utk mereka” salah satu prajurit Afghanistan langsung mengeluarkan pedangnya & menaruhnya di dekat leher Pangeran Pratap, ekspresi Pangeran Pratap langsung berubah, tdak menunggu waktu lama, Pangeran Pratap langsung menghajar mereka sendirian dgn tangan kosongnya tanpa sebuah pedang ditangannya, Ajabde menatap ke arah Pangeran Pratap tajam, Ajabde teringat ketika dulu Pangeran Pratap bertarung dgn Jalal didepan matanya, Ajabde melihat semua gerak gerik cara berkelahi Pangeran Pratap yg dulu di kenalnya sama persis seperti Pangeran Pratap yg ada didepannya kali ini, tak terasa Ajabde menangis ketika Pangeran Pratap menghajar prajurit Afghanistan yg terakhir, Ajabde baru menduga kalau Pangeran Pratap yg didepannya kali ini adalah Pangeran Pratap suaminya, sementara itu Fatta tersenyum senang ketika Ajabde melihat Pangeran Pratap dgn tdak berkedip

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top