Sinopsis Mahaputra Episode 285

Mahaputra ANTV - Sinopsis Mahaputra Episode 285, Di kerajaan Bijolia, Raja Mamrak (ayah kandung Ajabde) memerintahkan para prajuritnya utk menutup gerbang utama sambil berteriak teriak & berlari lari di sepanjang koridor “Siapkan pasukan kita! Umumkan bahwa kita dalam keadaan darurat saat ini!” tepat pada saat itu istri Raja Mamrak yg bernama Ratu Hansa mencegat Raja Mamrak “Ada apa, Raja Mamrak? Kenapa kamu berteriak teriak seperti itu?” tanya Hansa panik “Hansa, kita harus menyelamatkan Bijolia dari Mehmood Shah!” Raja Mamrak sangat khawatir karena mata mata mereka tdak mempunyai ide apa apa utk menangani hal ini, Raja Mamrak tdak mendapatkan jawaban apa apa tapi mereka harus menyelamatkan Bijolia bagaimanapun caranya, kemudian Hansa menyarankan Raja Mamrak utk mengirimkan sebuah pesan ke Mewar “Bagaimana kamu bisa mengurus pasukan yg begitu besar dgn tanganmu sendiri?” namun Raja Mamrak menolaknya karena anak perempuan mereka baru saja menikah, anak perempuan mereka telah pergi ke Chittor “Jika kita mengirimkan pesan ke sana maka Pangeran Pratap akan menyelamatkan kita yg pertama kali” ujar istrinya “Apakah kamu ingin hal ini terjadi pada anak perempuanmu pada hari pertama mereka menikah?” ujar Raja Mamrak panik, akhirnya Ratu Hansa mengerti & setuju utk tdak mengabarkan kabar apapun ke Mewar dalam waktu dekat ini. 
Sinopsis Mahaputra Episode 285

Di kerajaan Mewar, di kamar pribadi Pangeran Pratap, Pangeran Pratap yg saat itu baru saja melangsungkan pernikahan dgn Ajabde, merasa penasaran & ingin tahu kenapa Ajabde melakukan hal itu, Ajabde sendiri merasa ketakutan “Aku khawatir bagaimana jika kamu terluka pada waktu itu ketika pedang itu jatuh kearahmu” Pangeran Pratap bisa mengerti kalau istrinya ini sangat mengkhawatirkan dirinya “Jadi kamu memanggil nama depanku itu hanya karena itu?” ujar Pangeran Pratap dgn nada menggoda “Maafkan aku Pangeran Pratap, aku tdak bermaksud seperti itu” namun meskipun Ajabde meminta maaf pada suaminya ini tapi Pangeran Pratap tetap akan menghukumnya “Aku ingin kamu memanggil namaku Pangeran Pratap utk selama lamanya” Ajabde terkejut “Tdak! Aku tdak bisa melakukan hal itu, hal itu melawan nilai nilai budaya & adat kita” ujar Ajabde mengiba “Aku juga tahu tentang hal itu tapi paling tdak kamu bisa memanggilku ketika kita sedang berduaan seperti ini saja, tdak di depan orang banyak, kamu tdak usah memikirkan apapun tapi itu keluar dari hatimu secara tulus, kamu tdak perlu mengabaikan hal itu” Ajabde menolak tapi Pangeran Pratap menunjukkan padanya kalau dia setuju utk memperlakuan dirinya sendiri sama dgn semua orang lain, Ajabde terus menerus menolak “Kita tdak bisa sejajar, Pangeran Pratap!” Ajabde kemudian mengingatkan pada Pangeran Pratap kalau dirinya adalah Ardhangininya (istrinya) 

“Jadi kita tdak akan lengkap tanpa diri kita satu sama lain, kita akan lengkap hanya ketika kita selalu bersama sama, dgn cara ini kita adalah sama sejajar, seperti ketika orang orang yg memanggil satu sama lain hanya berdasarkan nama mereka” Ajabde merasa heran dgn apa yg ada dibenak atau kepala Pangeran Pratap, Pangeran Pratap kemudian memaksa Ajabde lagi utk memanggil namanya dgn sebutan Pangeran Pratap saja, awalnya Ajabde ragu ragu lalu secara terburu buru Ajabde memanggil nama Pangeran Pratap dgn sebutan “Pangeran Pratap!” ujar Ajabde sambil menutup wajahnya dgn kedua tangannya, Pangeran Pratap tertawa terbahak bahak melihat keberanian Ajabde melakukan hal tersebut dgn menutupi wajahnya “Aku seharusnya memberikan kamu sebuah hadiah utk perlakuan kamu ini!” kemudian Pangeran Pratap memberikan Ajabde sebuah cincin emasnya “Aku tdak tahu sejak kapan cincin ini bersamaku tapi mulai sekarang kamu yg akan mengenakannya, cincin ini akan membuat kita selalu dekat satu sama lain, meskipun ketika kamu akan pergi ke Bijolia utk beberapa tahun lamanya, cincin ini akan selalu mengingatkan kamu tentang aku” Ajabde menerima cincin tersebut & mengenakannya di jari manisnya, namun sayangnya cincin itu terlalu besar utk jarinya yg mungil, Pangeran Pratap langsung mendapatkan sebuah ide, Pangeran Pratap segera berlutut & mengenakan cincin tersebut di ibu jari Ajabde, Ajabde tersenyum senang. 

Sementara itu Ratu Jaiwanta sedang berjalan jalan di sepanjang koridor dgn tatapan matanya yg kosong, Ratu Jaiwanta teringat akan kata kata Raja Udai Singh, tepat pada saat itu salah satu pelayannya meminta sesuatu padanya namun Ratu Jaiwanta tdak menggubrisnya, Ratu Jaiwanta terus berjalan tdak peduli dgn orang orang di sekelilingnya, dari kejauhan Ratu Bhatyani memperhatikan Ratu Jaiwanta sambil membawa nampan berisi Paan (semacam kinang), lalu Ratu Bhatyani menyuruh pelayannya utk menaruh di kamar Raja Udai Singh & mengabarkan pada Raja Udai Singh kalau Ratu Jaiwanta saat ini sedang berada di taman, pelayannya mengangguk & segera berlalu dari sana, tiba tiba Ratu Bhatyani merasa sedih & merindukan belaian hangat Raja Udai Singh, Ratu Bhatyani teringat masa masa indahnya bersama Raja Udai Singh “Aku sedang membuat sebuah pengorbanan yg sangat besar, seharusnya aku tdak akan pernah melupakan hal itu!” ujar Ratu Bhatyani sedih 

Malam itu Raja Udai Singh sedang berlatih meninju karung yg berisi pasir, kata kata Ratu Jaiwanta bergema ditelinganya “Namaku adalah Raja Udai Singh, aku telah menghadapi banyak kesulitan dalam kehidupanku! Jika kamu ingin aku menyembunyikan cintaku maka aku akan melakukannya utk kamu! Di dalam hatiku ada kamu & aku akan melakukannya!” tepat pada saat itu pelayan yg membawa nampan kinang menghadap ke Udai Singh & mengabarkan kalau saat ini Ratu Jaiwanta sedang berada di taman, Udai Singh segera menghentikan latihan tinjunya begitu mendengar nama Ratu Jaiwanta disebut didepannya. Sinopsis Mahaputra Episode 285

Saat itu Ratu Jaiwanta sedang berada di taman di halaman istana, tiba tiba gemuruh petir & angin mulai terasa seperti akan turun hujan, kata kata Raja Udai Singh kembali menghantui pikirannya, tanpa pikir panjang Ratu Jaiwanta segera mencopot semua perhiasan yg dia kenakan & dilemparkan begitu saja ke rerumputan di tanah, angin menerbangkan dupattanya & hujan deraspun mulai turun, Ratu Jaiwanta teringat pada sumpahnya ketika dirinya menikah dgn Raja Udai Singh & tersenyum senang pada akhirnya, Ratu Jaiwanta mulai menikmati hujan yg membasahi tubuhnya “Aku akui kalau aku memang ingin Raja Udai Singh dekat dgnku selalu! Aku ingin berada diatas semua kebahagiaan semua orang di dunia ini!” teriaknya lantang “Lalu kenapa kamu ingin agar aku menghentikannya?” Ratu Jaiwanta langsung menoleh begitu didengarnya suara Raja Udai Singh yg ternyata berada di belakangnya, yg saat itu bertelanjang dada, Raja Udai Singh membuka tangannya utk Ratu Jaiwanta, tanpa ragu ragu Ratu Jaiwanta segera mendekat ke arah Raja Udai Singh kemudian memeluknya erat, Raja Udai Singh juga membalas pelukannya erat di bawah siraman hujan yg cukup deras mereka berdua saling berbagi kehangatan bersama. 

Sementara itu istri muda Raja Udai Singh yg bernama Ratu Veeba sedang menunggu Raja Udai Singh di kamarnya, Ratu Veeba memikirkan ucapan Ratu Jaiwanta tentang haknya sebagai istri akan didapatkannya pada malam ini, Ratu Veeba merasa malu sambil melihat ke arah ranjang, sementara dirinya sedang duduk di kursi di depan meja riasnya, Ratu Veeba berkhayal Raja Udai Singh datang ke kamarnya utknya dgn tangannya yg terbuka memintanya utk datang padanya, kemudian Ratu Veeba mendekati Raja Udai Singh, mereka berdua saling berpelukkan, lalu Raja Udai Singh mengajaknya duduk ditepi ranjang & mereka berdua saling bermesraan satu sama lain layaknya suami & istri, Ratu Veeba tdak bisa menunggu lebih lama lagi apa yg akan dialaminya nanti bersama Raja Udai Singh. 

Pada saat yg bersamaan, saat itu Raja Udai Singh sedang bermesraan dgn Ratu Jaiwanta, dgn tubuh yg masih sama sama basah karena siraman air hujan, Raja Udai Singh membaringkan Ratu Jaiwanta di sebuah ranjang di kamar pribadi Ratu Jaiwanta, Raja Udai Singh membelai mesra pipi Ratu Jaiwanta sambil bercerita tentang kenangan mereka dulu ketika mereka masih bersama sama mesra seperti ini. 

Sementara di kamar Ratu Veeba, Ratu Veeba masih berkhayal kalau dirinya telah intim dgn Raja Udai Singh, Ratu Veeba tersenyum senyum sendiri, dalam khayalannya Raja Udai Singh berterima kasih padanya karena dirinya telah membawakan warna yg indah dalam kehidupannya, Ratu Veeba juga berterima kasih pada Raja Udai Singh karena telah melengkapi dirinya, namun ketika sedang asyiknya berkhayal tiba tiba khayalannya sirna lenyap terbawa angin ketika pintunya diketuk oleh seseorang dgn keras, Ratu Veeba segera membuka pintu kamarnya & ternyata yg datang adalah Ratu Bhatyani. Ratu Bhatyani merasa heran & bertanya tanya apakah dia telah menganggu mimpi indah Ratu Veeba, Ratu Veeba menunduk nampak malu malu tapi Ratu Bhatyani berusaha mengungkapkannya secara serius “Kamu bisa mengatakannya padaku jika terjadi sesuatu, sebagai seorang wanita, aku tahu bagaimana rasanya ketika mimpi kita hancur, ikutlah dgnku, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu” ujar Ratu Bhatyani yg kemudian mengajaknya ke kamar Ratu Jaiwanta, 

Ratu Veeba ingin tahu mengapa Ratu Bhatyani mengajaknya kesana, Ratu Bhatyani sepertinya mengetahui segalanya, Ratu Veeba tdak ingin membicarakan hal itu, namun Ratu Bhatyani mencoba menghasut Ratu Veeba utk melawan Ratu Jaiwanta “Lihat dia telah menyalahgunakan kepercayaanmu padanya & menikam kamu dari belakang, Raja Udai Singh tdak akan menemui kamu karena dia ingin bersama kak Jaiwanta sekarang, kak Jaiwanta telah mengatur semuanya utk kamu dgn semua rasa kasih sayangnya tapi dia yg kali ini sedang berduaan bersama Raja Udai Singh, jika kamu tdak percaya padaku maka lihatlah sendiri melalui lubang jendela itu” ujar Bhatyani, Ratu Veeba yg awalnya ragu ragu kemudian berusaha mengintip ke dalam kamar Ratu Jaiwanta & melihat Raja Udai Singh ada disana bersama dgn Ratu Jaiwanta diatas ranjang, mereka berdua benar benar sangat dekat & intim satu sama lain, Ratu Veeba sangat terluka hatinya & segera meninggalkan tempat tersebut dgn linangan airmata, Ratu Bhatyani tersenyum sinis. 

Sementara itu saat itu Akbar & pasukannya sedang berada di depan kerajaan Bijolia, Akbar yakin kalau Pangeran Pratap tdak akan meninggalkan Chittor utk menyelamatkan Bijolia sekarang “Kamu mungkin bisa membunuh Mehmood Shah di medan pertempuran tapi ketika kamu kembali utk merayakan kemenanganmu, kamu akan menemukan istrimu & Chittor akan berada dibawah kekuasaanku! Hadiah apa yg paling bagus yg bisa aku berikan selalin hadiah ini utk pernikahanmu, temanku?” ujar Akbar sambil tertawa terbahak bahak bersama pasukannya. 

Pada saat yg bersamaan, saat itu Pangeran Pratap & Ajabde sedang menikmati buah mangga sambil berayun ayun di teras, mereka berdua ternyata benar benar menyukai rasa yg tajam & kecut pada buah mangga, tiba tiba Pangeran Pratap teringat pada Shakti, adiknya dimana dulu mereka berdua suka sekali mencuri buah mangga & memakannya bersama sama, Pangeran Pratap merindukan adiknya itu, Ajabde bisa merasakan kegelisahan hati Pangeran Pratap, tiba tiba Pangeran Pratap terbatuk batuk, Ajabde segera mengambil air putih & diserahkannya ke Pangeran Pratap, namun Pangeran Pratap tetap terbatuk batuk meskipun sudah minum “Mungkin bisa jadi saat ini pangeran Shakti juga sedang memikirkan kamu” ujar Ajabde namun Pangeran Pratap menolaknya “Dia itu adalah jiwaku, dia itu saudaraku juga teman seperjuanganku selama selamanya tapi siapapun yg memikirkan aku saat ini, aku yakin ini pasti adalah musuhku!” ujar Pangeran Pratap optimis. 

Di lain sisi, saat itu Akbar & pasukannya telah mencapai tonggak yg menunjukkan bahwa mereka sebentar lagi akan memasuki Mewar, di lain sisi Pangeran Pratap terus menerus terbatuk batuk & merasakan kalau ada sesuatu yg salah saat ini.

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top