Sinopsis Mahaputra Episode 309

Mahaputra ANTV - Sinopsis Mahaputra Episode 309, Di kerajaan Bijolia, Ajabde sedang membasuh mukanya terus menerus utk menghapus bekas darah yg menempel di dahinya, Ajabde menoleh & melihat wajah Pangeran Pratap yg penuh dgn kebencian padanya namun ternyata itu hanya khayalannya belaka karena tiba tiba wajah itu menghilang, namun Ajabde teringat ketika Pangeran Pratap memegang cincin tersebut & bagaimana tanganya yg bersimbah darah menyentuh di keningnya, semua kejadian yg dialaminya bersama Pangeran Pratap si tukang kuda seakan akan berputar dalam benaknya seperti sebuah film, Ajabde mengira kalau Pangeran Pratap bertahan disana karena dia percaya pada Ajabde, Ajabde mendengar suara pedangnya & melihatnya berada dimana mana, Ajabde berteriak kencang “Tidaaak! Tidaaak!” teriak Ajabde sambil memegangi kepalanya & jatuh pingsan seketika itu juga, 
Sinopsis Mahaputra Episode 309

Sementara itu di kerajaan Mewar, Ratu Bhatyani menegur Dhaman Singh & bertanya apakah dirinya mendapat pesan dari Bijolia, tiba tiba di dengarnya kalau ada seorang pembawa pesan yg datang tapi membawa pesan utk Rawat Ji “Pesan ini dikirimkan oleh temannya Pangeran Pratap, Chakrapani” ujar si pembawa pesan, Ratu Bhatyani penasaran ingin tahu pesan apa yg dibawa olehnya Pada saat yg bersamaan, Raja Uday Singh datang & memberi salam pada Pandit Ji “Maharana Uday Singh, aku membawa sebuah pesan utk Rawat Ji” Ratu Bhatyani segera menghampiri mereka “Mulai kapan kamu menjadi seorang pembawa pesan, Pandit Ji?” tanya Ratu Bhatyani penasaran, 

Di Bijolia, Fatta mendekati Pangeran Pratap & bertanya “Siapa yg kamu cari?”, “Dimana kakakmu? Aku lihat tadi keningnya berdarah” ujar Pangeran Pratap “Tdak, kakakku baik baik saja tapi tanganmu itu yg terluka” ujar Fatta kemudian memanggil tabib “Tdak, tdak apa apa, aku baik baik saja” ujar Pangeran Pratap sambil melirik ke arah tangannya yg terluka “Baiklah, jagalah kenangan itu baik baik, hal itu akan mengingatkan kamu pada kenangan yg terindah” ujar Fatta kemudian meninggalkan Pangeran Pratap, sejenak Pangeran Pratap teringat ketika tangannya menyentuh kening Ajabde “Aku harus lebih fokus & harus bertemu dgn paman Rawat Ji & menceritakan semua permasalahan yg terjadi disini” bathin Pangeran Pratap dalam hati 

Di kerajaan Mewar, Pandit Ji segera menjawab pertanyaan Ratu Bhatyani “Aku pergi ke rumah Rawat Ji utk melakukan pemujaan & keluarganya menyerahkan surat ini padaku, katanya pribadi & aku harus memberikan padanya secara langsung” ujar Pandit Ji “Biarkan aku yg menyerahkan padanya” pinta Ratu Bhatyani “Tdak usah, Maharani Bhatyani, aku akan menunggu” ujar Pandit Ji “Aku tdak akan membiarkan kamu menunggu” akhirnya Pandit Ji menurut & menyerahkan surat itu pada Ratu Bhatyani, Ratu Bhatyani sangat senang menerimanya & hendak membuka surat itu “Maharani Uday Singh, apa yg kamu lakukan? Surat itu mungkin surat pribadi” sela Raja Uday Singh “Tdak, Rana Ji, ini mungkin pesan yg penting juga, karena keluarganya mungkin sedang dalam bahaya” ujar Ratu Bhatyani “Tdak, tdak, Maharani, keluarganya baik baik saja”, “Oh tdak tdak mungkin, kamu ini seorang Pandit, bukan seorang pembawa pesan” ujar Ratu Bhatyani “Ya, kamu benar, Maharani Bhatyani, kalau begitu bacalah” 

Tepat pada saat itu Rawat Ji menemui mereka, Pandit Ji merasa senang akhirnya Rawat Ji datang “Panglima Rawat Ji, anda mendapatkan sebuah pesan, ambillah” dgn enggan Ratu Bhatyani memberikan surat itu ke Pandit Ji “Surat itu dari rumah anda” ujar Pandit Ji sambil memberikannya ke Rawat Ji, Rawat Ji segera menerimanya & mulai berlalu dari mereka, namun Ratu Bhatyani memaksa “Panglima Rawat Ji, bacalah disini, kami semua mengkhawatirkan keluargamu tapi itupun kalau kamu mau” ujar Ratu Bhatyani dgn gayanya yg seolah olah perhatian pada keluarga Rawat Ji “Iya, betul, Rawat Ji, aku juga ingin tahu apakah semua orang baik baik saja disana” timpal Raja Uday Singh, Sinopsis Mahaputra Episode 309

Kemudian Rawat Ji mulai membuka surat yg diterimanya dari Pangeran Pratap yg mengabarkan tentang keadaan di Bijolia “Bijolia saat ini sedang dalam bahaya yg sangat besar & aku tdak bisa mempercayai siapapun yg ada di kerajaan Mewar, seseorang rupanya merencanakan sesuatu utk melawan Bijolia, temuilah aku segera & simpan surat sebagai surat rahasia & jangan katakan apapun pada ayahku karena ayah pasti akan marah padaku & langsung mengambil tindakan, saat ini aku belum bisa mengatakan padanya” semua orang berharap harap cemas menunggu kabar dari Rawat Ji yg sedang membaca surat dari Pangeran Pratap tersebut “Rawat Ji, apakah semuanya baik baik saja?” sela Raja Uday Singh “Ya, Maharana Uday Singh, semuanya baik baik saja, ini hanya surat pribadi biasa, jika kamu mengijinkan, bolehkah aku pergi sekarang?” Raja Uday Singh hanya tersenyum & mengijinkan Rawat Ji utk pergi, Rawat Ji memberikan salam pada mereka semua & segera meninggalkan koridor tersebut, Ratu Bhatyani menatapnya penuh curiga 

Di kerajaan Mughal, di Agra, Badshah Khan sedang memberikan pelatihan pada prajurit Mughal utk menyerang Bijolia “Ini bukan pertunjukkan ketangkasan! & hal ini tdak akan mempengaruhi aku!” ujar Badshah Khan sombong, para prajurit Mughal mulai bergunjing soal Badshah Khan, Badshah Khan mendengar suara mereka yg sedang bergosip & segera memanggil orang tersebut “Apa yg barusan kamu katakan?” tanya Badshah Khan geram “Tdak! Aku tdak mengatakan apa apa” Badshah Khan langsung menghantam dadanya dgn kedua jarinya hingga menyebabkan jantungnya sakit & segera terjatuh lalu terbaring kesakitan, Jalal & kaki tangannya melihat mereka dari atas balkon, Jalal langsung memanggil Badshah Khan “Badshah Khan!” 

Di kerajaan Bijolia, Ajabde terbangun dari pingsannya, saat itu Saubhagyawati menemaninya sambil merawat Ajabde di kamar Ajabde “Ajabde, lebih baik kamu istirahat saja dulu” pinta Saubhagyawati ketika Ajabde bangun dari tempat tidurnya “Apakah ada seseorang yg mengatakan pada ibu tentang pingsanku ini?” Saubhagyawati menggelengkan kepalanya “Tdak ada” Ajabde merasa lega “Terima kasih, jika ibu tahu tentang hal ini, dia pasti akan sangat khawatir”, “Bagaimana bisa kamu pingsan tadi, Ajabde? Apa yg terjadi padamu?” sesaat Ajabde termenung & berkata “Tdak apa apa, Saubhagyawati, aku mungkin kecapekan karena harus mengurusi rencana peperangan ini” Ajabde berusaha menutupi perasaannya “Saubhagyawati, panggil semua orang kesini, aku harus melakukan banyak pekerjaan” ujar Ajabde sambil melihat ke arah keningnya melalui kaca riasnya & dilihatnya noda darah itu telah menghilang, 

Sementara itu di kerajaan Mughal, Badshah Khan meminta maaf pada Jalal karena melukai salah satu prajuritnya “Yang Mulia, orang ini telah menghina aku!”, “Teruskan!” perintah Jalal dari atas balkon “Yang Mulia, kenapa kita harus memberikan perhatian penting pada prajurit Afghanistan yg tolol seperti dia?” tanya kaki tangan Jalal “Dia itu anak Shams Khan yg ingin membalas dendam kematian ayahnya ke Pangeran Pratap”, “Bagaimana kamu tahu tentang semua ini, yg Mulia? Aku sendiri tdak mengerti tentang hal ini” tanya kaki tangan Jalal heran “Suatu saat nanti, kamu pasti akan mengerti juga” ujar Jalal 

Di suatu tempat, terlihat Pangeran Pratap sedang berjalan menghampiri seseorang, rupanya Pangeran Pratap menemui Rawat Ji yg sudah tiba di Bijolia “Salam, paman Rawat Ji” Rawat Ji membalas salamnya & melihat kearah tangan Pangeran Pratap yg terluka “Aku kira kamu mendapat kesempatan yg baik utk menajamkan pedangmu disini di Bijolia” ujar Rawat Ji bangga “Ya, jika semua yg berada di Mewar baik baik saja”, “Yaa! Lalu mengapa Bijolia ingin memisahkan diri dari Mewar?” Pangeran Pratap menceritakan semuanya ke Rawat Ji tentang apa yg dikatakan oleh Fatta & Ajabde, kemudian Pangeran Pratap juga bercerita tentang Bai ji lal “Siapa itu Bai ji lal?” tanya Rawat Ji penasaran “Bai ji lal itu adalah Ajabde” Rawat Ji terkejut mendengarnya, 

Sementara itu Ajabde sedang ngobrol dgn Fatta “Aku telah mengorbankan semua perhiasanku & aku telah mendapat banyak koin emas, aku ingin memberikannya pada rakyat Bijolia, kebanggaanku & kebebasanku!” ujar Ajabde, sedangkan di tempat Pangeran Pratap “Ajabde ingin Bijolia mendapatkan kebebasan dari Mewar & aku tdak akan membiarkan ini semua terjadi, paman” Rawat Ji mendengarkan semua keluh kesah Pangeran Pratap, di tempat Ajabde “Sekarang tdak ada yg bisa mencampuri kemerdekaan kita!”, “Lalu apa langkah kita selanjutnya, kak?” tanya Fatta “Ya! Kamu telah melakukan penyebaran informasi ini dgn baik & aku yakin orang orang akan datang utk menjual senjata mereka & kita akan membelinya” ujar Ajabde “Aku akan mengurusi semuanya sendirian, kak”, “Kita seharusnya mempercayai Pangeran Pratap, Fatta” sementara itu kembali di tempat Pangeran Pratap “Kamu tahu kan semua ini tdak akan terjadi karena semua orang disini sangat menghormati Ajabde” ujar Rawat Ji “Aku tdak akan membiarkan hal ini terjadi, paman & aku akan ikut campur dalam pertarungan kemerdekaan ini & membuat Bijolia tetap bersatu dgn Mewar, aku akan datang & ikut campur diantara Bai ji lal & kemerdekaan Bijolia”

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top