Sinopsis Mahaputra Episode 80

Mahaputra ANTV - Sinopsis Mahaputra Episode 80, Setelah sebelumnya admin membagikan Sinopsis Mahaputra Episode 79! kali ini admin bagikan lagi episode 80 yang akan tayang di ANTV Malam Ini pada Agustus 2015. Berikut Kisah selanjutnya Mahaputra!
Sinopsis Mahaputra Episode 80

Episode dimulai disebuah desa tempat tinggal Pangeran Pratap, saat itu Pangeran Pratap sedang makan ladu bersama dgn Chakrapani, sahabatnya “Chakrapani, apakah kau jadi pergi menemui ibuku?” tanya Pangeran Pratap penasaran “Iya, tentu saja, ibumu ingin tahu tentang keadaanmu, Pangeran Pratap, ibumu juga kelihatannya sangat lemah saat ini” ujar Chakrapani, mereka sedang berbincang menceritakan ibu pangera pratap

Diistana Mewar, Ratu Jaywanta sedang menyiapkan piring aarti utk melakukan persembahan pada Dewa, saat itu para pelayan sedang menemani Ratu Jaywanta termasuk pelayan setia Ratu Jaywanta, Girija “Ratu Jaywanta, seorang ibu pada umumnya mendoakan utk ketenaran anak-anak mereka, tapi kau ini satu-satunya ibu yg berdoa agar anaknya tdak terkenal, ada apa kau ini?” pelayan setia Ratu Jaywanta, Girija merasa heran dgn apa yg dilakukan oleh majikannya ini “Aku hanya ingin anakku hidup dgn tenang & aku juga ingin melindungi dia dari konspirasi yg dibuat oleh Ratu Bhatyani, ketenarannya tdak akan pernah diraih oleh Ratu Bhatyani, oleh karena itu aku tdak punya pilihan lain selain berdoa utk kehidupannya sebagai orang biasa” ujar Ratu Jaywanta sedih 

Dirumah Pangeran Pratap, Pangeran Pratap & Chakrapani masih ngobrol berdua “Chakrapani, apakah kau mengatakan pada ibuku tentang harimau yg menyerang desa ini?” tanya Pangeran Pratap “Iya, aku menceritakan semuanya pada Ratu Jaywanta” Pangeran Pratap terkejut “Kau seharusnya tdak menceritkan hal itu pada ibuku, saat ini pasti ibuku akan sangat khawatir” ujar Pangeran Pratap “Dia tdak mengkhawatirkan soal harimau itu, Pangeran Pratap, tapi ibumu mengkhawatirkan soal yg lain” Pangeran Pratap terkejut “Apa? Katakan padaku, Chakrapani, apa yg terjadi? Apa yg ibuku khawatirkan? Aku yakin pasti ada sebuah alasan yg besar dibalik semua ini, dibalik pengasinganku dari istana” saat itu Chakrapani teringat ucapan Ratu Jaywanta kalau dirinya merasa khawatir pada Ratu Bhatyani “Cobalah ingat-ingat, Chakrapani, apa yg ibuku katakan padamu?” ujar Pangeran Pratap sambil mengunjang-gunjangkan tubuh Chakrapani “Iya iya aku ingat, ibumu mengatakan kalau beliau tdak khawatir soal harimau itu tapi ibu khawatir soa” belum juga Chakrapani menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba dari arah luar Pangeran Pratap mendengar derap kuda & sorakan orang-orang yg mengelukan-elukan sebuah nama “Hidup yg Mulia Raja Jalalludin Muhammad! Hidup yg Mulia Raja Jalalludin Muhammad! Hidup yg Mulia Raja Jalalludin Muhammad!” Sinopsis Mahaputra Episode 80

Pangeran Pratap merasa penasaran dgn apa yg terjadi diluar sana. Saat itu Bhairam Khan & pasukan kecilnya sedang melewati rumah Pangeran Pratap, pasukannya mengelu-elukan nama Jalal, Pangeran Pratap & Chakrapani segera keluar rumah utk melihat ada apakah gerangan diluar sana, dilihat bendera Mughal berkibar-kibar dibawa oleh segerombol pasukan “Kabarnya sebagian raja-raja telah menyerahkan kerajaan mereka ke Mughal, Pangeran Pratap” ujar Chakrapani “Mereka mungkin bisa memilikinya tapi tdak dgn Rajput, ayahku pasti tdak akan pernah mengijinkan Mughal memasuki ruang sidangnya!” ujar Pangeran Pratap optimis 

Dibenteng Chittor, Ravatji (chundawat) berusaha membujuk Raja Uday utk menyambut Bhairam Khan yg sebentar lagi akan datang kebenteng Chittor, saat itu Raja Uday menolaknya tapi Ravatji berusaha meyakinkan rajanya itu “Yang Mulia, itu akan menjadi pendekatan politik yg salah pada saat ini kalau kau tdak menyambutnya, bagaimanapun juga Bhairam Khan adalah pembimbingnya Jalal & dia memerintah separuh dari kekuasaan Jalal” ujar Ravatji “Dia itu bukan raja maka kenapa aku harus menyambutnya?” Raja Uday tetap bersikeras tdak mau menerima Bhairam Khan “Mughal sangat berkuasa & kuat & tdak ada alasan bagi kita utk membuat permusuhan dgn mereka” ujar Ravatji, Ravatji kemudian mengingatkan Raja Uday pada apa yg telah Jalal lakukan pada Raja Hemu, Ravatji juga mengingatkan Raja Uday kalau dirinya adalah seorang politikus & tdak seharusnya hal ini diabaikan begitu saja, Raja Uday akhirnya dgn terpaksa setuju utk menyambut kedatangan Bhairam Khan, mengingat kunjungan ini adalah kunjungan persahabatan. 

Sementara itu Pangeran Pratap & Chakrapani sedang berdiri diatas bukit & melihat kebawah kebenteng Chittor tepat didepan pintu gerbang benteng dimana pada saat itu Bhairam Khan & pasukannya sedang menunggu disana diatas kudanya, tak lama kemudian pintu gerbang benteng terbuka, Ravatji & beberapa petinggi Mewar menyambut Bhairam Khan & mengundangnya utk masuk kedalam benteng, Pangeran Pratap sangat terkejut “Kenapa paman Ravatji mau menemui dia? Kenapa dia disuruh masuk?” ujar Chakrapani heran, saat itu Pangeran Pratap sedikit kesal melihatnya, ketika melihat salah satu utusan Mughal itu diminta utk masuk menemui ayahnya, Pangeran Pratap hendak turun kebawah utk mencari tahu tapi Chakrapani mencegahnya agar Pangeran Pratap tdak membuat masalah, akhirnya Pangeran Pratap menuruti ucapan Chakrapani & menunggu orang itu diluar. 

Diruang sidang kerajaan Mewar, Bhairam Khan memasuki ruang sidang bersama-sama dgn Ravatji & para petinggi Mewar lainnya, Raja Uday menyambut kedatangan Bhairam Khan dgn tatapan tegang & tdak bersahabat “Raja Uday, seharusnya kau datang dipintu gerbang tadi utk menyambutku tapi itu tdak jadi masalah, aku pasti akan mendapatkan kesempatan yg lain” ujar Bhairam Khan “Peraturan protokol kami hanya utk seorang Raja yg mendapatkan penyambutan resmi bukan seorang utusan Raja, Bhairam Khan!” ujar Raja Uday sengit “Aku akan menjadi Raja, Raja Uday, & aku yakin kau pasti akan sangat bersemangat utk bertemu denganku nanti, kali ini aku membawa sebuah pesan dari yg Mulia Jalalludin Muhammad! Apakah aku diijinkan utk membacanya?” tanya Bhairam Khan sambil membuka sebuah surat ditangannya “Silahkan kau baca!” ujar Raja Uday. Sinopsis Mahaputra Episode 80

Sementara itu Pangeran Pratap masih bingung karena utusan dari Mughal itu diperbolehkan memasuki benteng ayahnya. 

Didalam ruang sidang kerajaan Mewar, Bhairam Khan mulai membaca pesan dari Jalal “Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad sekarang adalah kaisar Mughal, aku telah mendengar banyak cerita tentang Rajput & keberanian yg kalian miliki, aku sangat berharap kalau kita tdak pernah bertemu dimedan pertempuran karena itu akan sangat disayangkan dgn merusak ras yg sangat mempunyai keberanian yg cukup besar, jadi aku ingin menawarkan sebuah persahabatan kepadamu, jika kau menerima bendera kami maka kau & rakyatmu akan aman” begitu isi surat tersebut “Pada intinya kami menginginkan perdamaian & kami berharap Raja Uday juga bisa menerima perdamaian dari kami” ujar Bhairam Khan lagi sambil melipat suratnya “Kami juga mempunyai sebuah pesan utk rajamu, katakan padanya kalau dia hanyalah seorang anak kecil & jagalah perangainya ketika berada disebuah tempat yg terbakar karena bisa bisa nanti tangannyalah yg terbakar, kali ini saatnya utk dia mendengarkan lagu pengantar tidur” ujar Raja Uday dgn nada marah “Ada baiknya kalau kau bertemu dgn rajaku sekali saja, Yang Mulia, kami tdak meragukan keberanianmu tapi janganlah buat kesalahan dgn menganggap Jalal tdak serius, aku yakin kau tdak ingin bertemu dengannya dimedan perang” ujar Bhairam Khan sinis 

Raja Uday sangat marah hingga berdiri & menyebut nama Bhairam Khan dgn keras “Bairam Khaaaaan!” Bhairam Khan segera mengulurkan tangannya “Kau ini cuma seorang utusan, jadi lebih baik kau pergi dari sini & segera kembali ke Delhi!” ujar Raja Uday “Aku memang sedang terburu-buru tapi bagaimana bisa aku pergi dgn tangan kosong ke Delhi jika Jalal menanyakan apa yg aku bawa untuknya maka aku harus bilang apa?” ujar Bhairam Khan, kemudian Raja Uday menyuruh Ravatji utk memberikan hadiah sepiring koin emas & beberapa emas batangan, Ravatji segera menghampiri Bhairam Khan dgn membawa hadiah yg seperti dikatakan oleh Raja Uday namun Bhairam Khan mengejek pemberian Raja Uday “Hadiah ini sangat kecil jika dibandingkan dgn betapa pentingnya Raja Uday tapi itu tdak menjadi masalah, aku akan menerimanya sebagai tanda perdamaian” tak lama kemudian Bhairam Khan meninggalkan ruang sidang kerajaan Mewar dgn perasaan kesal, dalam perjalanan menuju kepintu gerbang depan, ucapan Raja Uday masih terngiang-ngiang ditelinga Bhairam Khan. 

Dari atas bukit Pangeran Pratap masih memperhatikan mereka dari kejauhan, Pangeran Pratap melihat Bhairam Khan keluar dari benteng Chittor sambil membawa sepiring emas, tiba-tiba piring yg berisi emas itu dilemparkan oleh Bhairam Khan keatas hingga berhamburan semua emas-emasnya terbang diudara, Bhairam Khan sangat marah dgn perlakuan Raja Uday, Pangeran Pratap tertegun melihatnya.

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top